Sejarah Desa

SEJARAH DESA BATU KUTA

Dalam menelusuri alur sejarahnya, penulis mendapatkan kesulitan, karena tidak mendapatkan bukti-bukti tertulis ( Prasasti ) sebagai bahan rujukan, Untuk lebih dekat kepada kebenaran yang obyektif kami telah berusaha menghimpun data melalui :

  1. Wawancara dengan Petua Desa.
  2. Peninggalan – peninggalan sejarah Seperti Masjid, Makam, Kitab Suci dll.

Adapun orang-orang yang pernah kami wawancarai untuk maksud tersebut ialah :

 

  1. Amak Mustapa      ( Almarhum  )
  2. Papuk Senep          ( Almarhum  )
  3. H. Badarudin         ( Almarhum  )
  4. Inak Rasmin          ( Almarhummah  )
  5. Inak sariba              ( Almarhummah  )
  6. H. Moh. Naim        ( Almarhum  )

 

Dan lain-lain sumber yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatunya, Dari keterangan beliau–beliau ini kami susun sejarah Desa Batukuta sebagai berikut.

Tersebutlah dizaman kejayaan Kerajaan Selaparang kira-kira pada abad ke – XVII Masehi. Dalam rangka memperluas Daerah pemukiman dan penyebaran penduduk diperintahkan para Kaula untuk membuka hutan ke arah Barat Kelompok-kelompok penyebaran penduduk tersebut menempati wilayah yang sekarang disebut Batukuta, Gerung, Dasan Agung, Sesela dan lain-lain.

Kita tinjau lembali tentang terbentuknya Desa Batukuta yang sekarang, Dalam memilih tempat pemukiman baru, sengaja dipilih Areal tanah yang berbentuk “BONGKOR PENYU “(punggung Penyu)

Yang konon menurut mereka punya kelebihan antara lain:

  1. Tidak becek dalam musim hujan
  2. terhindar dari malapetaka
  3. dan lain –lain

Sebelum Resmi ditempati, mereka mengharapkan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa (dibangar) dahulu.

Maka pada malam harinya terlihat sinar memancar dari langit dan jatuh ke Bumi dengan suara menggelegar ditempat yang sudah “dibangar”  tersebut  dan menurut paham merekatempat tersebut cocok, karena Tuhan telah mengusir hantu dan peri semalam dan akan aman sebagai tempat pemukiman.

Pagi harinya ditempat sinar jatuh tersebut ternyata terdapat batu besar dan agak panjang ( Mungkin Meteor ), maka saat itu keluarlah ucapan diantara mereka dengan kata – kata  “ Batu Bedil “, oleh pemuka ( Tokoh ) mereka dialeh bahasakan Batu yang bersinar jatuhnya dengan bahasa keratin menjadi “ Sele Wakce “ yang artinya :

 

1. Sele Berarti Batu

2. Wakce Berarti Pijar ( Bercahaya )

 

 Maka sejak itu nama Desa ini menjadi Sele Wakce, dan selanjutnya pemukiman pertama ini terdiri dari kaula Kerajaan Selaparang disebut  “ PARWA “

 

  • Parwa berarti Asli ( Asal )

Baru kemudian dalam musyawarah para tokoh kerajaan Selaparang ( Perigi Selaparang di Masbagik ) terpilihlah RADEN BORE KERTAPATI  untuk merigi ( membenahi ) kampong baru Sele Wakce.

Dan tersebutlah dalam alur cerita / kisah, bahwa Raden Bore Kertapati ini orang yang berpendirian radikal dan sangat tekun bekerja membenahi kampong dan memimpin masyarakat, beliau juga orang alim dan tekun beribadah sehingga sangat dihormati masyarakatnya, beliau menanggalkan atribut Kebangsawanannya karena beliau berpendapat bahwa “ Orang yang paling Mulia disisi Allah ialah orang yang paling Taqwa “ dan beliau diberi Gelar oleh masyarakat dengan nama   PE . SENDU.

Setelah penataan lingkungan kampong diadakan Tasyakuran ( selamatan ) oleh seluruh masyarakat , dimana ditempat jatuhnya Batu bersinar ( Sele Wakce ) itu dijadikan oleh masyarakat “ Kuta “ atau “ Gerbang “ masuk kampung.

Dari sinilah kemudian Perubahan Nama “ Sele Wakce” menjadi “ Batukuta “ sampai sekarang.